Jumat, 02 Maret 2012

menguji zat warna pada saus jajanan dengan kromotografi kertas




LAPORAN
KROMATOGRAFI KERTAS




















A.          TOPIK PERCOBAAN :  MENGUJI ZAT WARNA PADA SAUS JAJANAN
DENGAN KROMATOGRAFI KERTAS


B.        TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi zat warna dengan menggunakan kromatografi kertas.
C.       DASAR TEORI
a.       Kromatografi
Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan–cairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 % (bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat campur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri. Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak.
b.      Saus
Saus merupakan bahan pelengkap yang digunakan sebagai tambahan atau untuk mempersedap makanan. Berbicara tentang saos, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa kerap menggunakannya sebagai bahan pelengkap makanan. Rasanya yang pedas menjadikan saos akrab dengan semua kalangan. Mulai dari makan bakso, mie ayam, sampai makan fastfood atau seafood rasanya kurang lengkap tanpa saos. Saos yang beredar di pasaran saat ini beragam jenisnya. Berbagai perusahaan industri makanan biasanya mengeluarkan produk saos tomat buatan mereka masing-masing. Banyaknya merek yang ada di pasaran kadang membuat orang bingung untuk memilih mana yang terbaik. Meski secara umum saos yang ada sudah didaftarkan di Departemen Kesehatan tetapi diperkirakan ada beberapa jenis saos yang patut diwaspadai komposisi bahan pembuatannya. Seperti saos yang biasa digunakan oleh para pedagang makanan kaki lima. Biasanya, saos yang mereka gunakan adalah saos yang merupakan hasil olahan industri rumah tangga yang tidak terdaftar di Depkes. Harganya memang murah karena bahan pembuatannya bukan dari buah cabai asli melainkan sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti ubi. Penambahan berbagai bahan sebagai campuran dalam membuat saos sendiri sebenarnya sudah mengurangi mutu saos tersebut. Apalagi bila salah satu bahannya mengandung zat berbahaya. Sesuatu yang paling harus diwaspadai adalah penambahan zat aditif seperti pewarna. Penambahan zat pewarna dikarenakan ada tambahan bahan lain seperti ubi, sehingga tidak mudah untuk mendapat warna merah alami. Untuk itu, dibutuhkan zat pewarna merah. Kalau tidak, warnanya akan berubah menjadi lebih pucat bahkan hampir tidak bisa di sebut ‘berwarna’ lagi.
Selama ini, ada kecurigaan saus tidak menggunakan zat pewarna semestinya. Sebab, warna merah untuk pewarna makanan sangat jarang ditemukan di pasaran. Kalaupun ada, harganya cukup mahal, tidak sebanding dengan sebotol saus yang dihargai paling mahal Rp2.000,00 (untuk produk pasaran). Jika pewarna yang digunakan adalah pewarna kain maka hanya membutuhkan sedikit warna saja. Bila yang digunakan adalah pewarna kain biasanya hanya dicampurkan sedikit karena warna untuk pewarna kain lebih cerah dari pewarna makanan. Hal ini berbahaya untuk kesehatan karena sifat racunnya akan mengendap di dalam tubuh.
Khusus saus botolan, saos yang baik berwarna merah cabai segar, tidak pucat atau bahkan cenderung berwarna orange. Bila pucat dan berwarna merah kekuning-kuningan itu berarti bukan berasal dari cabai asli melainkan sudah di tambah dengan bahan-bahan lain serta menggunakan zat pewarna. Sedangkan saos yang terbuat dari cabai asli sebenarnya sama sekali tidak memerlukan zat pewarna. Biasanya, saos yang bagus adalah yang bila dituang di atas piring tidak langsung jatuh ke dalam piringnya melainkan agak lambat karena sedikit kental.

Zat pewarna dalam saus
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, di antaranya adalah :
• memberi kesan menarik bagi konsumen,
• menyeragamkan dan menstabilkan warna,
• serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yang dikenal di antaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu/daun jati (warna merah), dan kunyit untuk pewarna kuning.
Kelemahan pewarna alami ini adalah warnanya yang tidak homogen dan ketersediaannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah pewarna ini aman untuk dikonsumsi.
Jenis yang lain adalah pewarna sintetik. Pewarna jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.
Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Padahal, di Indonesia, terutama industri kecil dan industri rumah tangga, makanan masih sangat banyak menggunakan pewarna nonmakanan (pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil). Rhodamin-B dan metahnyl yellow merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.
Efek negatifnya yaitu dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. (Depkes RI,2007)
Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Zat itu sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
Penyalahgunaan rhodamin B untuk pewarna makanan telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan, seperti kerupuk, terasi, dan jajanan yang berwarna merah terang.
Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna rhodamin B antara lain makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Segera hindari makanan dengan ciri tersebut.
Pewarna kuning Metanil
Zat pewarna kuning metanil adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan cat berbentuk serbuk atau padat yang berwarna kuning kecoklatan. Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung dan saluran kemih.
Penyalahgunaan pewarna kuning metanil untuk pewarna makanan telah ditemukan antara lain pada mie, kerupuk dan jajanan lain yang berwarna kuning mencolok dan berpandar. Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara lain makanan berwarna kuning mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen.
c.       Tintah
Tinta adalah cairan yang berisikan bermacam pigmen dan atau celupan yang digunakan untuk mewarnai bidang atau untuk menghasilkan suatu gambar, teks ataupun sebuah desain. Tinta juga digunakan untuk mengambar dan atu menulis menggunakan pena, kuas atau quill (semacam kuas berbulu lembut). Tinta yg lebih kental dalam bentuk pasta digunakan secara luas pada penerbitan dan percetakan litografis (sebuah metode pencetakan menggunakan pelat yang memiliki permukaan yg sangat halus).

D.       ALAT DAN BAHAN
Alat  dan bahan
Jumlah
Alat
1.      Gelas kaca
2.      Gunting
3.      Sendok
4.      Lidi
5.      Kertas kromatografi
6.      Pensil
Bahan
1. Tintah
2. Saus ABC
3. Saus jajanan
4. Air
5. Garam

1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
3 lembar
1 buah

1 buah
1 buah
1 buah
Secukupnya
Secukupnya

E.           PROSEDUR PERCOBAAN
1.      Air hangat dimasukan kedalam gelas, kemudian dicampur dengan garam secukupnya ( tidak berlebih ) dan diaduk.
2.      Air hangat yang bercambur dengan garam didiamkan sampai dingin.
3.      Digunting kertas kromatografi,  kemudian digaris dengan pensil setelah itu diberi setitik tintah ditengah-tengah kertas sejajar dengan garis pensil.
4.      Kemudian setelah air yang bercampur garam dingin, kertas kromatografi yang ditetesi tintah tersebut dimasukan kedalam air dengan batas garis diatas air ( garis tidak terkena air )
5.      Kemudian dilakukan terhadap saus jajanan dan saus ABC, sama seperti langkah pada no 3 dan 4.

F.           HASIL PENGAMATAN
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1
Tintah
Kertas kromatografi yang ditetesi tintah kemudian dimasukan kedalam air dengan batas garis diatas air ( garis tidak terkena air )

Memiliki pergeseran warna yang meningkat bersamaan dengan  air yang terserap oleh kertas kromatografi.
2
Saus ABC
Kertas kromatografi yang ditetesi saus ABC dimasukan kedalam air dengan batas garis diatas air ( garis tidak terkena air )

Tidak terjadinya peningkatan atau pergeseran warna dikertas kromatografi

3
Saus jajanan
Kertas kromatografi yang ditetesi saus jajanan dimasukan kedalam air dengan batas garis diatas air ( garis tidak terkena air )

Laju warnanya ikut bergeser bersamaan dengan air yang terserap pada kertas kromatografi warnanya terserap sangat meningkat.

G.          PEMBAHASAN
Kertas Kromatografi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan campuran molekuler berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen dan distribusi molekul-molekul dalam dua fase, yaitu fase diam (adsorben) dan fase bergerak (eluen). Dengan perkataan lain prinsip dasar dalam analisis kromatografi adalah berdasarkan pada prinsip distribusi fase yakni suatu perpindahankomponen-komponen zat yang dianalisis dari suatu fase yang bergerak menuju ke fase lain yang diam yang dilaluinya.
Kromatografi kertas adalah kromatografi atau pemisahan komponen-komponen zat dari campuran berdasarkan distribusi partisi cair-cair. Pada analisis kromatografi kertas, molekul komponen sebagian terdistribusi dalam zat cair yang polar yakni air yang mudah teradsorpsi oleh kertas, dan sebagian komponen terdistribusi dalam eluen yang akan mengalir naik ke ujung kertas bagian atas. Bagian-bagian yang mudah terdistribusi dalam air akan cepat teradsorpsi oleh kertas dan perjalanan / migrasinya lebih pendek. Sedangkan bagian-bagian yang tidak terdistribusi dalam air, melainkan dalam eluen, maka akan terus mengalir ke atas dan perjalannya lebih jauh. Noda-noda komponen yang terdapat dalam senyawa yang dianalisa akan berderet ke atas pada satu garis atau pita lurus. Eluen dibiarkan naik sampai mendekati pinggiran atas dari kertas, kemudian diberi tanda dengan garis.
Tinta merupakan sebuah media yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air), surfaktan (yaitu unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari sebuah cairan, memungkinkan penyebaran yang mudah, surfaktan juga menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan), materi-materi partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen tinta tersebut menjalankan banyak fungsi: pembawa tinta, pewarna, dan dan bahan-bahan adiktif lainnya digunakan untuk mengatur aliran, ketebalan dan rupa tinta ketika kering.
Saos jajanan yang diteliti terlihat laju warnanya ikut bergeser bersamaan dengan air yang terserap pada kertas kromatografi warnanya terserap sangat meningkat keatas maka saus tersebut tergolong dalam saus yang mengandung zat adiktif seperti bahan pengawet, pewarna, penguat rasa (mono sodium glutamat) dan sebagainya. Sama halnya dengan tintah yang juga diteliti dengan menggunakan kertas kromatografi juga memiliki pergeseran warna yang meningkat bersamaan dengan  air yang terserap oleh kertas.
Sedangkan saus yang alami ( ABC ) tidak mengandung bahan pengawet, pewarna dan pengguat rasa, itu terlihat dari tidak terjadinya peningkatan atau pergeseran warna dikertas kromatografi.  
Bahan mono sodium glutamat merupakan zat yang sulit dicerna oleh alat cerna manusia, otomatis unsur nutrisi yang lain pencernaannya juga akan terhambat, jika tubuh sudah sulit untuk mendapat asupan gizi,  maka jangan heran jika perkembangan otaknya juga lambat. Serta bahan pengawet yang dikonsumsi terus-menerus oleh tubuh bisa mengakibatkan kanker hati. Hal ini karena bahan pengawet yang bersifat racun bagi tubuh. Dan hati yang tugasnya menetralkan racun di dalam tubuh tidak akan bisa bekerja secara maksimal apabila racun dari saos tersebut terlalu banyak dan terus-menerus. Selain itu faktor lain adalah ketika saos tersebut dipasarkan bisa saja terjadi perubahan terhadap saos tersebut, bisa karena penyimpanan yang tidak benar, suhu penyimpanan yang salah, ataupun saos tersebut sudah kadaluarsa. Banyak kita ketahui juga investigasi saos yang tidak berlabel ataupun labelnya hanya menggunakan sablon biasa terbuat dari bahan pepaya yang hampir busuk bukan tomat segar yang kemudian dicampur dengan bahan pengawet mayat yaitu formalin sehingga awet dan rasanya yang cenderung gurih dari penyedap kain batik yang sangat tidak aman untuk tubuh dan kalau membuat saos sambal dari sisa cabe yang sudah tidak segar terkadang tercampur ulet atau belatung.
Saos tomat merupakan produk berbentuk pasta dengan aroma khas tomat. Saos tomat biasa ditambahkan sebagai bahan penyedap dan penambah rasa pada makanan. Saus tomat adalah produk yang dihasilkan dari campuran bubur tomat atau pasta tomat atau padatan tomat yang diperoleh dari tomat yang masak, yang diolah dengan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan. Setiap bahan yang digunakan pada pembuatan saos tomat mempunyai fungsi tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki rasa, warna, aroma, kekentalan dan keawetan. Gula misalnya untuk memberikan rasa manis, garam untuk memberikan rasa asin, sementara cuka untuk memberikan rasa asam sekaligus memberikan efek pengawetan karena sebagian besar mikroorganisme tidak tahan terhadap kondisi asam. Rempah-rempah digunakan untuk memperbaiki aroma dan cita rasa, sedangkan maizena untuk meningkatkan kekentalan saos dan mencegah terjadinya pemisahan air dengan padatan saos pada saat penyimpanan. Pengawet digunakan untuk mencegah tumbuhnya kapang (jamur) yang menjadi masalah saat penyimpanan saos.



H.          KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini yaitu bahwa saus jajana banyak di tambahkan zat aditif seperti bahan pengawet, pewarna, penguat rasa ( mono sodium glutamat ) dan lain sbagainya. dan alasan itulah yang memicu hal hal yang tidak diinginkan, seperti misalnya dari bahan mono sodium lutamat yang merupakan zat yang sulit di cerna oleh alat cerna manusia otomatis unsur nutrisi yang lain pencernaannya juga akan terhambat, jika tubuh sudah sulit untuk mendapat asupan gizi maka jangan heran jika perkembangan otaknya juga lambat. selain itu faktor lain adalah ketika saus tersebut di pasarkan bisa saja terjadi perubahan terhadap saus tersebut, bisa karena penyimpanan yang tidak benar, suhu penyimpanan yang salah, ataupun kada luarsa. namun beda halnya dengan saus ABC memiliki bahan-bahan yang berkualitas baik, tanpa di tambahkannya bahan aditif seperti pengawet, pewarna, penguat rasa ( mono sodium glutamat ) dan tentunya juga diperhatikannya sanitasi serta hygienitas saus tersebut dan juga banyak unsur gizi yang bisa di dapat.  oleh karena itu ada baiknya jika ingin mengkonsumsi saos, kita bisa menggunakan yang bermerek seperti ABC atau merek yang telah didaftarkan dan diawasi oleh BPO




DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008.zat berbahaya dalam makanan.di dikunjungi.www.onpria.com
Basset, J,  et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Day & Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Depkes RI.1998.pemantauan nilai keracunan makanan.Depkes press.Jakarta
Depkes,RI.2007.dampak dan penggolongan BTP.Depkes press.Jakarta
Moleong, L. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.Bandung.
Svehla, G.  1979.  Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Jilid 1 Edisi Kelima. PT.  Kalman Media Pustaka. Jakarta.




LAMPIRAN :




foto bahan yang digunakan 



 foto alat yang digunakan



foto saus ABC



foto tintah                              
Foto saus jajanan

PEMBUKTIAN ASAM BASA DAN UNSUR HARA PADA ABU TANAMAN




LAPORAN
PEMBUKTIAN ASAM BASA DAN UNSUR HARA PADA ABU TANAMAN
























1.                  JUDUL PERCOBAAN :   PEMBUKTIAN ASAM BASA DAN UNSUR HARA
PADA ABU TANAMAN

II.                TUJUAN PERCOBAAN
1.      Untuk mengidentifikasi sifar air abu tanaman
2.      Untuk mengidentifikasi unsur hara pada abu tanaman

III.             DASAR TEORITIS
Asam-Basa
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan.
Teori Asam-Basa Arrhenius
Sejak berabad-abad yang lalu, pakar kimia mendefinisikan asam dan basa berdasar sifat larutannya. Larutan asam memiliki rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain). sedangkan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik ( licin).
Namun ada beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab sifat asam dan basa. Pada tahun 1777, Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogenlah yang merupakan unsur dasar asam. Kemudian tahun 1814 Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah suatu zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.
Namun konsep/pendapat yang cukup memuaskan, dan dapat diterima hingga saat ini dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927), yaitu :
·         Asam
asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H+. dan dirumuskan dengan :
HxZ(aq) à xH+(aq) + Zx-(aq)
·         basa
basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-). dengan kata lain, pembawa sifat basa adalah (OH-). dan dirumuskan dengan :
M(OH)x(aq) à Mx+(aq) + xOH-(aq)

­­­­­­Kertas lakmus
Ada dua macam kertas lakmus yang biasa digunakan untuk mengenali senyawa asam atau basa, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Larutan asam akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutan netral tidak mengubah warna pada kertas lakmus, dan larutan basa dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
·         Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau basa. Perhatikanlah warna indikator pada larutan asam atau basa berikut ini.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengenal sifat asam atau basa suatu larutan serta menentukan harga pH dapat digunakan indikator universal. Apabila Larutan bersifat Asam pH – nya <7, Larutan bersifat Basa pH – nya >7 dan apabila Larutan bersifat netral pH – nya =7.

·         Indikator alami (terbuat dari zat warna alami tumbuhah)
Indikator alami hanya bisa menunjukkan apakah zat tersebut bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menunjukan nilai pH-nya. Contohnya kayak Ekstrak bunga mawar. Ekstrak kembang sepatu. Ekstrak kunyit. Ekstrak temulawak. Ekstrak wortel. Ekstrak kol (kubis) merah. Tanaman Hydrangea.
b.      Indikator asam-basa dari bunga sepatu, ketika didalam larutan asam akan memberikan warna merah, di dalam larutan basa akan memberikan warna hijau dan pada larutan netral tidak berwarna.
c.       Indikator asam-basa dari bunga Hidrangea akan memberikan warna biru ketika didalam larutan asam , di dalam larutan basa akan memberikan warna merah jambu dan pada larutan netral tidak berwarna.
d.      Indikator asam-basa dari kol merah akan berubah warna menjadi merah muda bila dicelupkan ke dalam larutan asam, menjadi hijau dalam larutan basa, dan tidak berwarna pada larutan netral.
e.        Indikator asam-basa dari kunyit,akan memberikan warna kuning tua ketika dilarutkan dalam larutan asam, memberikan warna jingga di dalam larutan basa dan memberikan warna kuning terang pada larutan netral.

Abu kayu
Abu kayu adalah materi ( umumnya berupa bubuk ) yang tersisa setelah pembakaran kayu. Umumnya, 6-10% massa kayu yang dibakar menghasilkan abu. Komposisi kayu dipengaruhi oleh jenis kayu yang dibakar. Kondisi pembakaran juga mempengaruhi kondisi abu dan jumlah abu yang tersisa; temperatur akan mengurangi jumlah abu yang dihasilkan. Abu kayu mengandung kalsium karbonat sebagai komponen utamanya, mewakili 25-45% massa abu kayu. Kalsium terdapat pada jumlah kurang dari 10%, dan fosfat kurang dari 1%. Terdapat juga besi, mangan, seng, tembaga, dan beberapa jenis logam berat. Namun, komposisi abu kayu sangat bergantung pada jenis kayu dan kondisi pembakaran seperti temperatur.
Abu kayu umumnya dibuang kelahan pembuangan, namun alternative pengolahan yang rama lingkungan dapat menjadi suatu hal yang sangat menarik.
Sejak lama diketahui bahwa abu kayu dapat digunakan sebagai pupuk karena mengandung berbagai macam mineral, namun tanpa nitrogen. Keberadaan kalsium karbonat dapat digunakan untuk menurunkan tingkat keasaman tanah. Kalium hidroksida dapat dibuat dari abu kayu, yang dapat dipakai sebagai bahan pembuat sabun.

IV.             ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat
Ukuran
Jumlah
1.      Kaleng
2.      Gelas ukur
3.      Spatula/ sendok
4.      Lumpanh /piring
5.      Alu kayu
6.      Penggaris
7.      Gelas plastic
8.      Cetakan es batu
9.      Kertas lakmus
10.  Korek api
11.  Tissu
12.  Stopwact
P = 16 cm; d= 14,5 dm
P= 160 cm
P= 17,6 cm
d= 15,8 dm
p= 13,8 cm
p= 30 cm
p= 10,4 cm
p= 22,5 cm
p= 6,9 cm
p= 5,2 cm
p= 22 cm
-
1 buah
 1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
7 buah
1 buah
2 buah
1 kotak
1 kotak
-

Bahan
Bahan
Jumlah
1.      Bunga karamunting
2.      Kembang sepatu
3.      Kunyit
4.      Abu
5.      Kapur sirih
6.      Cuka
7.      Air galon
20 bunga
9 bunga
1 biji
120 ml
Secukupnya
Secukupnya
240 m

V.               V.   PROSEDUR KERJA
1)      Sampah organik ( serpihan kayu ) dibakar sampai menjadi abu
2)      Abu hasil pembakaran dimasukan kedalam wadah kaleng
3)      Abu dicampur air dengan perbandingan 1:2
4)      Larutan diendapkan selama 1 malam
5)      Filtrat dengan endapannya disaring, kemudian diuji dengan indicator alami seperti bunga karamunting, kembang sepatu dan kunyit
6)      Diamati warnanya dan ditentukan sifat filtrate abu tersebut
7)      Sebagai perbandingan untuk menentukan sifat larutan, dibuat dengan membuat larutan asam ( cuka ), larutan basa ( air kapur ) dan larutan netral ( air galon )
8)      Filtrat yang masih tersisa kemudian diuapkan, maka terdapat endapan, dilakukan uji nyala dengan cara endapan dibakar, kemudian warna pembakaran diamati.

VI.             HASIL PENGAMATAN
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1
2
3
4
5
6
7
Air abu
Air gallon
Air kapur
Air cuka
Indikator bunga karamunting
Indikator kembang sepatu
Indikator kunyit
Warnanya coklat dan bersifat basa
Warnanya bening dan bersifat netral
Warnanya putih susu dan bersifat basa
Warnanya bening dan sifatnya asam
Warnanya ungu
Warnanya merah
Warnanya kuning


1



2


3
Menguji filtrat air abu + indicator alami :
Air abu + bunga karamunting



Air abu + kembang sepatu


Air abu + kunyit


·        Warna cokelat
·        Lakmus merah à biru = basa
·        Lakmus biru à biru = basa

·        warna hijau
·        Lakmus merah à biru = basa
·        Lakmus biru à biru = basa
·        warna orange
·        Lakmus merah à biru = basa
·        Lakmus biru à biru = basa



1




2




3
Menguji filtrat  air galon + indicator alami :
Air galon + karamunting




Air galon + kembang sepat




Air galon + kunyit



·         warnanya bening
·         Lakmus merah à merah=asam
·         Lakmus biru à biru=basa
·         larutan bersifat netral

·         warnanya hijau
·         Lakmus merah à merah =asam
·         Lakmus biru àbiru=basa
·         larutan bersifat netral

·         warnanya kuning
·         Lakmus merah àmerah =asam
·         Lakmus biru à biru=basa
·         larutan bersifat  netral



1



2



3
Menguji filtrat air kapur + indicator alami :
Air kapur + bunga karamunting



Air kapur + kembang sepatu



Air kapur + kunyit



·         warnanya cokelat
·         Lakmus merah à biru = basa
·         Lakmus biru à biru = basa

·         warnanya keruh kehijau-hijauan
·         Lakmus merah à biru = basa
·         Lakmus biru à biru = basa

·         warnanya orange
·         Lakmus merah à biru = basa
·         Lakmus biru à biru = basa



1



2



3
Menguji filtrat air cuka + indikator alami:
Air cuka + bunga karamunting



Air cuka + kembang sepatu



Air cuka + kunyit



·         warnanya merah muda
·         Lakmus merah à merah= asam
·         Lakmus biru à merah=asam

·         warnanya merah
·         Lakmus merah àmerah=asam
·         Lakmus biru à merah=asam

·         warnanya kuning
·         Lakmus merah à merah=asam
·         Lakmus biru à merah=asam

Hasil pengamatan penguapan filtrat dan uji nyala
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1
Penguapan selama 2 menit
Kalengnya panas, filtrat air abu mendidih, berasap dan menguap
2
Penguapan selama 4 menit sampai 18 menit
Kalengnya panas, filtrat air abu mendidih, berasap dan menguap
3
Penguapan selama 20 menit
Korek api menyala dan warna apinya kuning

Uji nyala garam
No
Pengamatan
Hasil pengamatan
1
Garam dibakar
Nyala kuning keemasan


V.                PEMBAHASAN
Dari percobaan diatas dapat dilihat bahwa air abu dan air kapur bersifat basa sedangkan air cuka bersifat asam dan air galon bersifat netral. Untuk indikator bunga karamunting memiliki warna ungu, indikator kembang sepatu memiliki warna merah dan indikator kunyit memiliki warna kuning.
Pengujian air abu dengan menggunakan indikator filtrat bunga karamunting menghasilkan warna cokelat dengan kertas lakmus merah bereaksi menjadi berwarna biru. Sedangkan kertas lakmus biru tidak terjadi reaksi sehingga tetap berwarna biru. Dan ini menunjukan bahwa larutan air abu ditambah indikator bunga karamunting bersifat basa dengan pH > 7. Begitu juga dengan air abu ditambah indikator kembang sepatu  berwarna hijau dan air abu ditambah filtrat kunyit berwarna kuning dengan pH>7 (basa). abu sebagai bahan yang tertinggal setelah proses pembakaran kayu secara sempurna. Selulosa, hemiselulosa, dan lignin akan teruarai sempurna pada suhu tinggi dan akan menghasilkan karbon yang menjadi unsur abu dalam proses tersebut, itulah sebabnya abu bersifat basa.
Pengujian air galon dengan menggunakan indikator filtrat bunga karamunting menghasilkan warna bening dengan kertas lakmus merah tidak bereaksi dan tetap berwarna merah. Sedangkan kertas lakmus biru juga tidak terjadi reaksi sehingga tetap berwarna biru. Hal ini menunjukan bahwa larutan air galon ditambah indikator bunga karamunting bersifat netral dengan pH = 7. Dan begitu juga dengan air galon ditambah indikator kembang sepatu  berwarna hijau dan air galon ditambah filtrat kunyit berwarna kuning dengan pH = 7 (netral).
Pengujian air kapur dengan menggunakan indikator filtrat bunga karamunting menghasilkan warna cokelat dengan kertas lakmus merah bereaksi menjadi berwarna biru. Sedangkan kertas lakmus biru tidak terjadi reaksi sehingga tetap berwarna biru. Dan ini menunjukan bahwa larutan air kapur ditambah indikator bunga karamunting bersifat basa dengan pH > 7. Begitu juga dengan air kapur ditambah indikator kembang sepatu  berwarna kehijau-hhijauan dan air kapur ditambah filtrat kunyit berwarna orange dengan pH > 7 (basa).
Pengujian air cuka dengan menggunakan indikator filtrat bunga karamunting menghasilkan warna merah muda dengan kertas lakmus merah tidak bereaksi dan tetap berwarna merah. Sedangkan kertas lakmus biru terjadi reaksi sehingga berubah menjadi berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa larutan air cuka ditambah indikator bunga karamunting bersifat asam dengan pH < 7. Dan begitu juga dengan air cuka ditambah indikator kembang sepatu  berwarna merah dan air cuka ditambah filtrat kunyit berwarna kuning dengan pH < 7 (asam).
Penguapan filtrat air abu dan uji nyala
Pengujian penguapan filtral selama 2 menit terjadi suatau reaksi seperti kaleng menjadi panas, filtrat air abu mendidih, berasap dan menguap. Sama hanya pada penguapan selama 4 menit sampai 18 menit kaleng  panas, filtrat air abu tetap mendidih, tetap berasap dan menguap. Namun pada penguapan filtrat selama 20 menit terjadi reaksi ditandai dengan korek api mmenyala dan warna apinya kuning.
Uji nyala garam
Pada uji nyala garam terlihat warnannya kekuningan. Pada dasarnya, apabila suatu senyawa kimia dipanaskan, maka akan terurai menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas atau uap. Kemudian, atom-atom dari unsur logam tersebut mampu menyerap sejumlah energi tinggi (keadaan tereksitasi). Pada keadaan energi tinggi, atom logam tersebut sifatnya tidak stabil sehingga mudah kembali ke keadaan semula (berenergi rendah) dengan cara memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk cahaya. Besarnya energi yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam bersifat khas. Hal ini dapat ditujukkan dari wrna nyala atom-atom logam yang mampu meneyerap radiasi cahaya didaerah sinar tampak.
Seperti pada percobaan  pembakaran garam Na dengan nyala api dihasilkan nyala kuning, pembakaran garam Ca akan menghasilkan nyala api merah bata. Warna nyala api dari setiap unsur tersebut memiliki panjang gelombang tertentu.

VI.             KESIMPULAN
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa abu sebagai bahan yang tertinggal setelah proses pembakaran kayu secara sempurna. Selulosa, hemiselulosa, dan lignin akan teruarai sempurna pada suhu tinggi dan akan menghasilkan karbon yang menjadi unsur abu dalam proses tersebut yang bersifat basa.
Unsur hara pada abu tanaman (residu) yang tampak tidak hanya berasal dari dinding sel kayu, melainkan dari bahan-bahan mineral dari kristal yang mengisi rongga sel. Komponen utama abu kayu adalah kalsium (Ca), kalium (K), magnesium (Mg), silika (Si). Unsur minor yang sering terdapat dalam abu antara lain natrium(Na), mangan (Mn), besi (Fe), dan aluminium (Al). Radikal asam yang umum terdapat dalam dalam abu adalah karbonat, fosfat, silikat, sulfat, dan klorida (Anonim). Kayu mengandung mineral (komponen-komponen anorganik) dalam jumlah kecil, dinyatakan sebagai kadar abu. Dalam batang jarang lebih dari 1 % dari berat kering kayu.

LAMPIRAN :


foto serbuk dibakar

foto air abu  

                                 
 foto uji filtrat air abu + bunga karamunting



foto uji filtrat air abu + kembang sepatu   


 foto uji filtrat air abu + kunyit


foto air galon  

foto uji filtrat air galon + bunga karamunting

foto uji filtrat air galon + kembang sepatu  


 
foto uji filtrat air galon + kunyit




foto air kapur 




 foto uji filtrat air kapur + bunga karamunting


foto uji filtrat air kapur + kembang sepatu



foto uji filtrat air kapur + kunyit

foto air cuka  




 foto uji filtrat air cuka + bunga karamunting


foto uji filtrat air cuka + kembang sepatu  
  

foto uji filtrat air cuka + kunyit
 
foto uji nyala garam